Jumat, 14 Agustus 2015

Belanja buku anak


Kalau Pijar ingin membeli mainan, biasanya akan saya kasih syarat :) Misalnya jika dia mampu mengerjakan soal latihan sekian halaman, atau mampu berpuasa sebulan penuh, atau apapun yang membutuhkan effort. Jika dia mampu, saya penuhi janji untuk membelikannya mainan.

Tapi itu tidak berlaku kalau Pijar ingin beli buku :) Saya bebaskan tanpa syarat, hehehe... Mau beli buku apa saja insyaAllah dibelikan. Komik, majalah, pengetahuan umum, bahkan dia pernah memilih buku seri arsitek tentang bambu :D

Buku adalah jendela dunia, semoga dengan banyak membaca akan membuka cakrawala berpikir Pijar. Aamiin O:)

Kamis, 13 Agustus 2015

Review: Love, Lemon, And The Last Kiss

Kalau Anda termasuk yang mengagungkan cinta sejati,
Kalau Anda termasuk yang mengagungkan kesetiaan,
Kalau Anda termasuk yang mengagungkan cinta tanpa syarat...,
Novel ini layak Anda baca.

Love, Lemon, And The Last Kiss

Novel yang ditulis oleh Ida Ernawati ini, menurut saya bagus, Kenapa saya bilang begitu?

Karena jalan ceritanya tidak mudah ditebak, tokoh utama yang awalnya saya benci tapi kemudian jadi respek, dan mampu membuat saya menangis di akhir cerita (nangis itu barometer paling penting, wkwkwkwk).

Sebagai orang yang mengikuti terus novel-novel Ida Ernawati, saya lihat gaya bertuturnya selalu ada peningkatan. Yang terakhir ini, sangat enak dibaca dibandingkan dua novel pertama (Cinta Grey Area & Bienvenue Amor). Yang terakhir ini juga jalan ceritanya lebih bisa mengaduk-aduk perasaan dibanding 3 novel yang terdahulu (Cinta Grey Area, Bienvenue Amor, & Meniti Hati).

Yang juga menarik adalah soal bagaimana Ida Ernawati mencoba menceritakan detil yang akhirnya bisa memunculkan gambaran dalam kepala kita.

Kalau sebelum-sebelumnya, saya selalu kagum dengan detil fashion yang disampaikan oleh penulis. Gaya berpakaian, pilihan sepatu, dan bahkan asesoris. Saya pikir akan menemukan hal sama di novel keempat ini, tapi ternyata tidak banyak.

Justru yang banyak adalah detil tempat, lokasi, bahkan interior dan eksterior bangunan. Surprise banget, dan senang karena pembaca (baca: saya) seperti ikut "hadir" dalam cerita itu.

Satu yang mengganggu saya dalam novel ini. Ketika tokoh utama, Delia, "mendengar" suara kalau Socha merestui. Dan terakhir terungkap kalau Socha sempat bangun dari tidur panjangnya dan mengatakan pada Ardan bahwa Delia adalah perempuan yang tepat.

Duuuh, menurut saya ini sinetron banget. Hal-hal yang penuh kebetulan itu ciri khas sinetron. Padahal tanpa ditambahkan cerita "restu" Socha, akan lebih natural.

Well, yang pasti novel ini pantas dijadikan teman weekend di rumah sambil menikmati kopi atau kue kering sisa lebaran kemarin, qeqeqeq...